Selasa, 16 April 2013

Logika Kebebasan yang Salah Kaprah


Masalah agama, sejujurnya saya tidak begitu mengerti agama, saya ke tempat suci agama apabila ada pernikahan atau kematian saja. Teman-teman saya di Eropa sering kali menghubungi saya untuk meminta penjelasan tentang agama, khususnya agama tertentu di Indonesia, teman saya mengatakan mereka tertarik dengan ketenangan dan kedamaian hati orang yang punya agama, tapi saya tidak tahu agama.

Jadi alangkah baiknya juga teman-teman jangan terlalu menyepelekan agama. Menurut saya agama punya konsep yg transenden tapi tidak mampu dijelaskan secara rasional, saya juga sudah mulai tertarik, makanya saya telah mengurangi seks bebas saya, karena jujur itu menyenangkan tapi tidak terlalu mendamaikan, apa yang saya cari dalam hidup ini? seks hanya seperti makan dan minum, kita akan makan dan minum hanya ketika kita lapar atau haus, tentu makan dan minum tidak mendamaikan jiwa dan itu hanya mendamaikan nafsu saja. Hal itu juga menjadi pertanyaan yang ditanyakan oleh teman Eropa saya, makanya sampai sekarang agama tetap bertahan kuat di Eropa, meski mereka athies. Dalam agama orang tua saya, Tuhan sudah memaafkan saya setelah mengakuiNya. Agama telah melampui ribuan tahun, mungkin agama telah melampui jutaan orang yang berpikir seperti saya dalam ribuan tahun juga.

Mari kita bayangkan ada hari telanjang bersama di Indonesia, bagi akal saya itu tidak ada salahnya, kecuali akal anda menyatakan itu salah, namun hal itu tidak berpengaruh kepada akal saya, karena akal anda mungkin tidak lebih baik dari akal saya. saya juga tidak terlalu paham agama, menurut saya agama masih ciptaan manusia. Walau saya akui seperti diatas ada hal-hal transeden yang saya tidak mengerti dari sana.

Kebebasan seks juga akan membuat bangsa ini senang, dan tidak perlu susah lagi mengatur masalah itu, saya juga menentang pernikahan, akal sehat kita mengatakan pernikahan adalah munafik, tidak baik bagi kemajuan manusia. Kita harusnya mencontoh kebebasan natural alam, seks seperti para hewan adalah kebebasan sejati, kita jangan dikekang dengan pernikahan yang hanya akan mengekang kita untuk berkreasi dalam seks, itu mengekang hak azasi kita. Tapi sampai sekarang saya masih gagal, masih ada gejolak dalam diri saya. Setelah selesai kuliah saya pulang ke tanah air, sampai beberapa tahun terakhir saya masih melakukan kebebasan itu, saya belum menikah sampai sekarang, menikah membuat saya takut, takut melihat teman-teman anak saya akan meniduri istri saya nanti, atau malah melihat anak saya nungging di belakang pintu mobil pacarnya. jadi saya memilih tidak menikah saja.

Seorang teman saya pencinta sesama jenis mengatakan dunia ini dipenuhi darah oleh perang akan karena perebutan lawan jenis, lihat saja cerita legenda terkenal Troy, atau di dalam negeri cerita perang antara Majapahit dan Padjajaran yang memperebutkan putri Pitaloka, teman saya berpendapat seharusnya konsep pecinta sesama jenis harus diterima dengan baik, karena itu akan mengurangi darah yang mengucur karena perang tersebut, bayangkan saya jika 80 persen penduduk dunia ini pencinta sesama jenis, maka akan terjadi kedamaian.

Dalam logika berpikir, sebaiknya kita jangan membatasi kebebasan itu dengan berbagai hal, misalkan Stalin ketika membunuh hampir 30 juta rakyatnya dengan berbagai cara, itu sungguh menjadi tragedi yang memilukan bagi kita semua, Stalin memang athies, sebagai bagian dari komunisme, Stalin punya logika tersendiri dalam mengatur kekuasaannya, punya konsep sendiri yang kita tidak mengerti bagaimana, kita tidak bisa menghukumnya sebagai seorang yang tidak mempunyai rasa kemanusiaan, kita ingin menghakiminya dengan logika baik dan buruk dari kemanusiaan. Jika kita pahami lebih lanjut, kemanusiaan adalah konsep logika dari beberapa orang manusia yang ditawarkan kepada beberapa manusia lainnya sehingga dijadikan nilai bersama, apakah konsep kemanusiaan itu baik saya pikir itu relatif Kita tidak bisa menghakimi konsep logika orang lain, dan orang lain juga punya hak untuk memakai konsepnya sendiri, itu adalah bagian dari kebebesana yang kita agungkan. bagaimana kita bisa percaya kepada orang-orang yang telah mengkonsep rasa kemanusian? apakah mereka orang baik? mereka manusia yang sama seperti kita.

Hal ini juga berlagu bagi konsep HAM, tidak beda antara manusia dan binatang, binatang punya cara berpikirnya sendiri dan kita punya cara kita sendiri sebagai manusia, termasuk juga dalam hal ini tumbuhan juga mahluk hidup yang harus kita hormati.

Mengenai orang yang agnostik, teman saya sangat tidak senang dengan orang yang agnostik, dia menganggap orang agnostik adalah pengecut, munafik, opurtunis, dan tentu saja mereka bukan orang yang tulus, mereka ingin mencari keuntungan dari dua sisi yang berbeda, satu sisi ingin diterima dan bersenang-senang bersama orang athies, sisi yang lain dia menaman saham untuk dirinya sendiri, sehingga jika ternyata neraka itu ada, mereka masih punya satu persen saham untuk dijadikan jangan pengampuan, yaitu percaya adanya tuhan. Mereka adalah orang munafik, seperti benalu bermuka dua. Mereka berpikir lebih pintar dari pada Tuhan, orang agnostik bisa mengatur Tuhan, jika tuhan ada tuhan pasti mengutuknya. Jangankan Tuhan, saya sendiri saja tidak mau diatur oleh anak buah saya, tapi kita juga harus menghormati pilihan seseorang, saya menghormati agnostis, meski tetap hati-hati terhadap mereka.

Saya berharap anak muda penjujung kebebasan lebih berani untuk bebas, dia harus berani bereksperimen dan berkorban, ketika kita berani tidur dengan ibu teman kita, kita akan merasa semakin menyayangi teman kita karena kita seperti ayah bagi mereka, logikanya menjadi begitu menyenangkan. Ketika terjadi perang, para prajuit akan menjadi berdamai dengan seks bersama, hal-hal ini sangat kita nantikan, karena mungkin penjunjung kebebasan bisa lebih baik dari pada saya, bisa jadi dia akan jadi pahlawan bagi bangsa ini, mungkin menjadi nabi, kebebebasan seks bisa setara dengan agama sekarang ini. Kita juga harus menemukan hal-hal transeden dalam seks, bukan hanya seperti makan minum diatas tadi.

Kebudayaan barat sekarang sudah mulai rentan, kebebasan sedang menjadi jalan keluar, kita harus bahu membahu-bahu menemukan jawaban dari kebebasan kita, kita harus menemukan kedamaian dan kesenangan itu.

Cerita diatas adalah sebuah fiksi nyata yang dibalut narasi, tentang perjalan kisah hidup seorang wanita Indonesia selama dia menganut konsep kebebasan di Eropa.

Diterbitkan oleh: pada pukul 22.13 WIB

Posting Komentar