Apa yang berbeda dari judul di atas?
Seringkali kita mendengar dari para guru ngaji juga dari banyak masyarakat : yang penting anak mau ngaji, atau sudah mau ngaji saja dah bagus, atau ngaji gak usah sulit-sulit, mau datang sudah bagus.
Gambar 1. Ustad Muhtadin mengajar sore hari
Secara umum yang dikatakan itu sepertinya benar, tapi ada kesalahan dalam ungkapan tersebut.
Dimana letak kesalahannya?
Pertama: Kegiatan mengaji yang notabene adalah mempelajari al-qur’an dianggap sesuatu yang remeh temeh. Bukan sesuatu yang penting. Padahal kita tahu bahwa membaca Al-qur’an meskipun tidak tahu artinya akan diberi pahala 10 kali lipat setiap hurufnya. Bukankah ini nilai yg sangat tinggi?
Kedua: Kwalitas santri menjadi asal-asalan. Guru tidak berani tegas mengingatkan dan membetulkan bacaan santri yang salah. Mereka takut santri-santri tidak mau mengaji lagi. Atau boleh dibilang takut kehilangan murid.
Membaca al-quran ada aturannya, tidak boleh sembarangan. Salah harokat,huruf,panjang pendek,bisa merubah arti yang berarti sama dengan MERUSAK al-quran. Lalu dimana tanggung jawab gurunya?
Ketiga : ada nada skeptis, putus asa. Ini menjadi ciri kalau tempat mengajinya tidak digarap secara profesional. Tidak ada sistem di dalamnya. Masih tradisional.
Jika kita tahu bagaimana luar biasanya ketika mengaji itu digarap dengan tersistem, maka yang terjadi bukan guru yang ngoyak-oyak santri ngaji, tapi guru akan dikejar-kejar santri.
Sudah banyak bukti yang berhasil.
Gambar 2 . Ustad Asyari Mahmud mengajar malam hari
Di gresik lembaga ngajinya punya murid 500an dengan daftar tunggu 200an. Sudah berjalan puluhan tahun dengan kaderisasi terpola.
Di Semarang, Kudus, Pati, Jepara, Pasuruan, Wonosobo, Kebumen juga sama. Muridnya ratusan, gurunya puluhan.
Ketika dikelola dengan baik, hasilnya luar biasa.
Dan jika kita tahu bagaimana mengaji dibuat berorganisasi, maka ungkapan di atas tidak ada lagi.
Bagaimana caranya?
Guru dan masyarakat harus mau belajar lagi.
Gambar 3. Ustad Hendriyanto mengajar sore hari
Sekian, moga bermanfaat.
Posting Komentar